Loft Apartment: Jakarta Rasa New York, Apa Iya?
Kamis, Juli 29, 2021 Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
Selalu punya cita-cita buat tinggal di New York biarpun itu cuma sebentar kayak 3-4 bulan. Terserah deh mau kerja, sekolah, atau cuma kerja serabutan. Bukannya mau glamorising NYC, tapi gue sendiri melihat kota itu bak a melting pot yang semua budaya dari seluruh dunia bertemu. Wong isinya mostly imigran, tentu pasti rasanya akan seperti ke sebuah kota baru yang fusion. Tapi, mungkin kalau buat sekarang belum cukup nih uang dan mentalnya hehehe.... akhirnya bareng suami pelan-pelan mewujudkan lewat loft apartment!
Well, kok loft apartment sih? Karena mostly gue dan suami sering banget liat di Pinterest "Brooklyn Loft" atau "NYC Loft" yang begitu cantik dan menenangkan jiwa. High ceiling, ruang yang jauh lebih lapang, ada lantai 2 yang jadi kamar tidur. Pokoknya sudah terobsesi duluan deh nyimpenin banyak foto-foto Loft apartment di Pinterest Board.
Throwback to 2019, masa-masa berargumen dan bernegosiasi dengan pasangan, kita telusuri hampir semua apartment dari yang di daerah Cawang, Menteng, Slipi, sampai kemana-mana deh. Tapi memang pada akhirnya, berkat keteguhan hati suami saya (Bimo) yang begitu keras akhirnya jatuh pada satu apartment, Soho Pancoran. Apartment yang dikembangkan oleh salah satu developer besar di Jakarta, yang sebelumnya membuat apartment dengan gaya SoHo (Studio Office Home Office) di daerah Jakarta Barat.
Tidak sedikit yang menyayangkan kenapa kok beli Apartment bukan rumah napak tanah. Apalagi kita harus bayar sinking fund, service charge, dan lain sebagainya. Waktu itu semata-mata kita berpikir awalnya, terserah tinggal dimana, mau beli mau ngontrak yang penting keluar dari rumah orang tua saat sudah menikah. Dan lagi-lagi, ngotot-nya anak muda umur 27 dan 26 tahun ya pasti harus diikuti karena udah berasa gede. Jadi, apartment pun dijabani. Toh, semasa saya kuliah saya terbiasa tinggal di apartment. Lalu, pasangan saya juga sekolah di Belanda untuk Master Degree-nya juga tinggal di apartment jadi kami tidak merasa banyak hal yang berubah banyak.
Eh, tunggu.. hm ya berubah banget karena ini perdana kami tinggal di tengah kota. Karena kami bertentangga di Jakarta Timur, sudah puas tuh merasa pulang pergi ke kantor 2 jam perjalanan. Jadi, kami pikir yaaa Tebet is fine area lah, not so bad. Apalagi, sekarang waktu commute kami ketengah kota benar-benar dekat. Terutama pasangan saya yang bekerja di daerah kuningan, yang biasanya bisa 1,5 -2 jam dari daerah Jatiwaringin dengan mobil. Sekarang bisa hanya 25 menit hehehe jadi yaaa ada plus minusnya lah.
Pertama kali kunci ada di tangan kami, unit ini kosong.
Tentu di saat itu yang dipikirkan hanya "Yes, we will make everything from the scratch!"
Kebetulan gue bersahabat dengan 2 designer interior yang salah satunya dulu teman sekamar saat jaman kuliah, namanya Mutiara Astari. Panggilannya Tia. Tia dan Yukino (sahabat gue yang juga designer interior) ini teman serumah sekarang sambil jadi teman berbisnis jasa interior bersama satu teman pemilik workshop, namanya Rezki. Saat itu, yang paling penting untuk dibangun adalah Dapur. Dapur dan meja makan adalah bagian paling penting dari rumah gue dan bimo karena kami suka makan. Entah itu beli, maupun masak sendiri. Biarpun lebih tepatnya suami yang hobi memasak dan agak obsesi dengan Midnight Diner di Netflix hehe.
Beralasan bagian dari Kado Pernikahan, Tia akhirnya membantu kami membuat desain seluruh tampak apartment. Tapi mungkin biar nggak kepanjangan, kita bisa mulai dari mengupas tuntas Dapur dulu kali yaa.
Lalu, mulai deh ke berbagai tahap revisi desaign dan milih-milih macem-macem yang dibikin sama Tia dan Yuki. Cukup makan waktu sih karena kan namanya juga selera ya, belum lagi harus menyatukan visi dengan pasangan yang juga punya idenya sendiri. Pokoknya banyak sabar-sabar dengan argumen-argumen lucu selama menentukan ini itu.
Social Icons